Jumat, 29 Mei 2015

Asal Kota Ampenan Lombok

Tersebutlah pada zaman dahulu, kerajaan Bali berhasil membakar Desa Kenaga. Saat itu, yang menjadi pusat pemerintahan kerajaan Kenaga adalah Suradadi. Paihnya bernama Raden Satria Nata.

Ampenan
Setelah kalah perang dengan Bali, Raden Satria Nata bersama pengikutnya mencari tempat untuk membuka desa baru. Akhirnya, dijumpailah tempat yang mirip dengan desa Kenaga. Desa itu bemama desa Madya. Raden Satria Nata dan pengikutnya kemudian membuka ladang dan bercocok tanam di situ. Tanaman yang paling cocok adalah jenis “komak” (dalam bahasa Jawa disebut “kara”). Konon, pada saat komak sedang berbunga, datanglah putri Jin mengisap sari bunga komak. Salah satu putri Jin tertangkap oleh Raden Satria Nata. Singkat cerita, putri Jin itu kemudian menjadi permaisuri Raden Satria Nata. Namun, kedua belah pihak telah bersepakat untuk tidak saling berbicara selama menjadi suami istri.

Dalam perkawinan mereka, lahirlah seorang putra yang sangat disayang oleh Raden Satria Nata. Perasaan itu ingin ia ucapkan kepada istrinya. Namun, hal itu tidak mungkin karena ia tidak ingin melanggar janji yang telah disepakati.

Ampenan
Pada suatu hari, sang istri pergi ke perigi (sumur) mengambil air. Anaknya ditidurkan di atas “geong” (ayunan). Pada waktu itu, sang bayi sudah bisa duduk. Kesempatan itu dipergunakan oleh Raden Satria Nata untuk mengambil selendang yang biasa dipakai untuk menggendong putranya, lalu disembunyikan. Sejenak ia mengelus putranya yang sedang tidur nyenyak.

Tidak berapa lama kemudian, datanglah sang ibu. Sesampai di rumah, sang ibu melihat putranya sudah bangun dan menangis. Maka diangkatlah putranya, sambil mencari-cari selendangnya. Tanpa bicara sedikit pun sang ibu keluar masuk kamar mencari selendangnya, namun tidak dijumpainya.

Melihat wajah istrinya dan tingkah lakunya, Raden Satria Nata bertanya, “Apa yang engkau cari? Barangkali ini.” la berkata sambil menyodorkan selendang yang diambilnya. Istrinya segera mengambil selendang itu dan dengan sopannya ia bersimpuh dan berkata, “Sampai di sini kita hidup bersama. Saya terpaksa meninggalkan kanda karena kanda telah melanggar janji yang telah kita sepakati.” Kemudian, ia bangkit dan pergi mengambil “joman” (jerami) dan dibakarnya. Sang putri bersama Putranya lenyap bersama lenyapnya kepulan asap jerami.

Ampenan
Raden Satria Nata tak mampu menahan kepergian istrinya, kemudian ia pingsan. Setelah siuman ia dianjurkan untuk bertapa di gunung Sesang, agar bisa bertemu dengan anak istrinya.

Selama sembilan hari sembilan malam, ia tidak bisa berjumpa dengan istri dan anaknya. Hanya suaraistrinya yang terdengar. Istrinya mengatakan bahwa dirinya tak mungkin kembali. Yang mungkin kembali adalah putranya, dengan syarat harus diadakan upacara selamatan dengan sesajen yang dilengkapi dengan dulang sebanyak empat puluh empat macam dan dibawa ke desa Kenaga.

Setelah diadakan upacara yang dipimpin oleh Nek Sura, putranya dapat kembali dan dipelihara oleh Nek Sura.

Raden Satria Nata tidak puas sebelum berjumpa dengan istrinya, namun yang ditunggu tidak kunjung datang. Akhirnya, Raden Satria Nata meninggal di pertapaan.

Sementara itu, putra Raden Satria Nata telah berumur enam tahun, namun belum diberi nama. Lalu, dicarilah orang yang bisa memberi nama. Tujuannya adalah ke Gel-gel, tempat leluhurnya, barangkali ada yang bisa memberi nama. Konon pada saat menunggu perahu untuk menyeberang ke Bali, tiba-tiba datang seorang tua mengaku keturunan Satria Dayak, satu-satunya yang berhak memberi nama kepada putra Raden Satria Nata. Kemudian, putra Raden Satria Nata diberi nama “Satria Tampena”.


Dari nama Satria Tampena inilah konon asal nama kota Ampenan. Keturunan Satria Tampena terdapat di desa Suradadi, Kabupaten Lombok Timur.



Unsur Intrinsik
1.       Tema : Perjalanan Cinta yang sulit
2.       Amanat :
Ø  Jangan langgar janji, karena itu akan berpetuah pada diri sendiri
Ø  Cinta sepenuh hati dengan sungguh
3.       Latar
Ø  Zaman dahulu di bagian dari Pulau Lombok, Kerajaan Kenaga
4.       Alur : Maju
5.       Penokohan
Ø  Tokoh Raden Satria Nata berpengharapan tinggi, mencintai sepenuh jiwa, dan pemimpin yang baik
Ø  Tokoh Permaisuri (Putri Jin) baik hati, penyayang, dan pasrahkan takdir Dewa
Ø  Tokoh Raden Satria Tampena
Ø  Tokoh Nek Sura Ramah, penolong
6.       Sudut Pandang : Orang Ketiga


Unsur Ekstrinsik
1.       Nilai Budaya : Menjunjung tinggi perjanjian
2.       Nilai moral : Kebijaksanaan pemimpin
3.       Nilai Sosial : Berpengharapan tinggi, suka menolong
4.       Nilai agama : Masih ada kepercayaan pertapaan, dan sesaji


Sinopsis Hikayat Sri Rama

Sri Rama
Pada suatu hari, Sri Rama dan Laksamana pergi mencari Sita Dewi. Mereka berjalan menelusuri hutan rimba belantara namun tak juga mendapat kabar keberadaan Sita Dewi.
Saat Sri Rama dan Laksamana berjalan di dalam hutan, mereka bertemu dengan seekor burung jantan dan empat ekor burung betina. Lalu Sri Rama bertanya pada burung jantan tentang keberadaan Sita Dewi yang diculik orang. Burung jantan mengatakan bahwa Sri Rama tak bisa menjaga istrinya dengan baik, tak seperti dia yang memiliki empat istri namun bisa menjaganya. Tersinggunglah Sri Rama mendengar perkataan burung itu. Kemudian, Sri Rama memohon pada Dewata Mulia Raya agar memgutuk burung itu menjadi buta hingga tak dapat melihat istri-istrinya lagi. Seketika burung itu buta atas takdir Dewata Mulia Raya.

Malam telah berganti siang. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seekor bangau yang sedang minum di tepi danau. Bertanyalah Sri Rama pada bangau itu. Bangau mengatakan bahwa ia melihat bayang-bayang seorang wanita dibawa oleh Maharaja Rawana. Sri Rama merasa senang karena mendapat petunjuk dari cerita bangau itu. Sebagai balas budi, Sri Rama memohon pada Dewata Mulia Raya untuk membuat leher bangau menjadi lebih panjang sesuai dengan keinginan bangau. Namun, Sri Rama khawatir jika leher bangau terlalu panjang maka dapat dijerat orang.


Setelah Sri Rama memohon doa, ia kembali melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian datanglah seorang anak yang hendak mengail. Tetapi, anak itu melihat bangau yang sedang minum kemudian menjerat lehernya untuk dijual ke pasar. Sri Rama dan Laksamana bertemu dengan anak itu dan membebaskan bangau dengan memberi anak itu sebuah cincin.

Ketika dalam perjalanan, Sri Rama merasa haus dan menyuruh Laksamana untuk mencarikannya air. Sri Rama menyuruh Laksamana untuk mengikuti jatunya anak panah agar dapat menemukan sumber air. Setelah berhasil mendapatkan air itu, Laksamana membawanya pada Sri Rama. Saat Sri Rama meminum air itu, ternyata air itu busuk. Sri Rama meminta Laksamana untuk mengantarnya ke tempat sumber air dimana Laksamana memperolehnya. Sesampai di tempat itu, dilihatnya air itu berlinang-linang. Sri Rama mengatakan bahwa dulu pernah ada binatang besar yang mati di hulu sungai itu. Kemudian, Sri Rama dan Laksamana memutuskan untuk mengikuti jalan ke hulu sungai itu.

Mereka bertemu dengan seekor burung besar bernama Jentayu yang tertambat sayapnya dan yang sebelah rebah. Sri Rama bertanya padanya mengapa sampai Jentayu seperti itu. Jentayu menceritakan semuanya pada Sri Rama tentang pertarungannya melawan Maharaja Rawana. Setelah Jentayu selesai bercerita, ia lalu memberikan cincin yang dilontarkan Sita Dewi saat Jentayu gugur ke bumi saat berperang dengan Maharaja Rawana. Kemudian, cincin itu diambil oleh Sri Rama. Bahagialah Sri Rama melihat cincin itu memang benar cincin istrinya, Sita Dewi.

Jentayu berpesan pada Sri Rama jika akan pergi menyeberang ke negeri Langka Puri, Sri Rama tidak boleh singgah ke tepi laut karena di sana terdapat gunung bernama Gendara Wanam. Di dalam bukit tersebut ada saudara Jentayu yang bernama Dasampani sedang bertapa. Jentayu tak ingin saudaranya itu mengetahui bahwa dirinya akan segera mati. Setelah Jentayu selesai berpesan, ia pun mati.

Sri Rama menyuruh Laksamana  mencari tempat yang tidak terdapat manusia dengan memberinya sebuah tongkat. Tetapi, Laksamana tidak berhasil menemukan tempat itu. Lalu ia kembali pada Sri Rama. Laksamana mengatakan pada Sri Rama bahwa ia tidak dapat menemukan tempat sesuai perintah Sri Rama. Kemudian, Sri Rama menyuruh Laksamana untuk menghimpun semua kayu api dan meletakkannya di tanagn Sri Rama. Lalu diletakkannya bangkai Jentayu di atas kayu api itu dan di bakar oleh Laksamana. Beberapa lama kemudian, api itu padam. Laksamana heran melihat kesaktian Sri Rama yang tangannya tidak terluka bakar sedikitpun. Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan meninggalkan tempat itu.


Unsur intrinsik
1.       Tema : Perjalanan Sri Rama dan Laksamana mencari Sita Dewi
2.       Amanat :
·         Janganlah kita membalas kejahatan dengan kejahatan. Melainkan kita mesti membalasnya dengan kebaikan.
·         Kita harus saling tolong menolong agar kita tujuan kita dipermudah.
3.       Latar : Pada suatu hari di sebuah Hutan rimba belantara
4.       Alur : maju
5.       Penokohan :
·         Tokoh Sri Rama mudah tersinggung akan perkataan orang lain dan juga ia seorang yang berusaha dengan sungguh-sungguh
·         Tokoh Laksamana hanya mengikuti ajakan maupun perintah orang yang ia percaya.
·         Tokoh Maharaja Rawana senang menindas orang lain, menindas kebaikan, dan bangga akan kejahatannya.
·         Tokoh Sita Dewi tunduk pada suami dan pasrah dengan sedikit usaha jika terjebak dalam keadaan yang menyulitkannya.
·         Tokoh seekor burung jantan yakni menyombongkan diri dari apa yang ia miliki.
·         Tokoh Seekor burung Bangau bertindak cepat tanpa berpikir panjang.
·         Tokoh Jentayu seekor burung protagonis yang penuh pengorbanan tanpa kenal sakit.
6.       Sudut pandang : Orang ketiga


Unsur ekstrinsik
1)      Nillai budaya : Binatang yang bisa berbicara
2)      Nillai moral : Masih menjunjung azas kebenaran
3)      Nilai sosial : Suka menolong, rela berkorban

4)      Nilai agama : Adanya kepercayaan yang timbul dengan memohon pada dewa-dewa

Putrajaya Kota Masa Depan

Pelancongan hari terakhir saya dan keluarga di Malaysia, diakhiri dengan mengunjungi Pusat Pemerintahan Malaysia yakni Putrajaya. Untuk memindahkan Pusat Pemerintahannya dari Kuala Lumpur ke Putrajaya, Pemerintah federal Malaysia membeli lahan seluas  ±4000 hektar dari Kerajaan Selangor yang terletak di daerah Prang Besar pada tahun 1995. Pembangunannya yang kontroversial menghabiskan biaya mencapai USD 5,9 miliar. Berjarak sekitar 35 km dari Kuala Lumpur dan 25 km dari Kuala Lumpur Int’l Airport dan Sirkuit F1 Sepang, pembangunan Putrajaya direncanakan sebagai kota modern yang menggabungkan aspek lingkungan dan agama.Akses transportasi massal yang terjangkau membuat letak Putrajaya semakin strategis dan bernilai jual yang tinggi bagi para investor. Meski belum rampung pembangunannya, Putrajaya merupakan destinasi pariwisata yang dikembangkan oleh Menteri Pelancongan Malaysia Dr Yen Yen, ujar Tour Guide kami.

Federal Territory of Putrajaya
Keberangkatan kami dari Kuala Lumpur ke Putrajaya menggunakan transportasi berbasis rel Light Rail Train (LRT) hanya memakan waktu sekitar 1 jam perjalanan. Disambut dengan kemegahan dan keindahan Stesen Central Putrajaya, kami mengelilingi Putrajaya dengan berjalan kaki. Penataan trotoar yang rapi membuat orang lebih memilih berjalan kaki.

Gedung cantik pertama yang kami sambangi ialah Istana Yang Dipertuan Agung Malaysia. Istana ini memiliki arsitektur menyerupai Masjid dengan kubah dan terlihat mewah dengan warna keemasannya. Terdapat lapangan luas di depan Istana serta pagar besar nan megah di depan lapangan tersebut. Di depan pagar terdapat beberapa penjaga bersenapan dan ada juga yang berkuda. Selain Istana Yang Dipertuan Agung, terdapat gedung cantik lainnya yakni Kantor Jawatan Perdana Menteri Malaysia.Gedung ini berbentuk seperti istana dengan atap berbentuk kubah berwana hijau. Di depan pagar besi yang kokoh nan megah banyak wisatawan termasuk kami mengabadikan momen ini dengan berfoto ria.


Masjid Merah Putrajaya
Berjalan sedikit ke kiri dari arah Kantor, terdapat Masjid Merah. Disebut Masjid Merah karena masjid ini memiliki warna merah yang dominan, mulai dari kubah hingga dinding bangunan berwana merah. Tak ketinggalan pula sebuah menara tinggi berwana merah juga. Yang unik dari Masjid Merah ini, jika dilihat dari jauh Masjid ini seolah terapung karena letaknya yang menjorok ke danau.

Masjid seluas 1,37 hektar ini dapat menampung ±10.000 jamaah dengan arsitek bernama Nik Mohamad Bin Mahmood. Masjid ini mencontoh arsitektur Islam Persia periode Safawi. Tembok ruang bawah tanah menyerupai Masjid King Hassan di Casablanca, Maroko, ujar Tour Guide kami.Jika ingin masuk ke dalamnya telah disediakan pakain yang menutupi seluruh tubuh. Umat muslim mengenakan yang berwana biru sedangkan umat non-muslim mengenakan yang berwarna merah muda, tambah Tour guide kami.

Jembatan Seri Perdana
Setelah itu kami beranjak ke jembatan Seri Perdana. Jembatan ini membentang sepanjang 370 m melintasi danau buatan. Dibangun dengan arsitektur Moor Islam, jembatan ini memiliki 8 balkon yang unik, ujar Tour Guide kami.Pelancongan di Putrajaya tidak hanya sampai di situ.Masih ada bangunan unik, seperti Putrajaya Waterfront, Masjid Besi, Istana Mahkamah Peradilan, Taman Seri Perdana, dan masih banyak cerita di Putrajaya. Karena waktu yang sangat sempit, jadi saya mengakhiri perjalanan ini. Wassalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Kolong Jembatan


Suatu waktu saat saya akan pulang sekolah, saya pulang lewat Kampung Melayu. Sebelum sampai di terminalnya, saya terlebih dahulu mampir lewat kolong jembatan Flyover Kampung Melayu.

Kondisi kolong flyover Kampung Melayu
Saya sangat perihatin sekali jika lewat tempat itu. Bagaimana tidak, tempat itu seperti kurang dirawat kurang baik. Tanaman yang ditanam, tumbuh tidak subur dan kurang perawatan. Ditambah lagi dengan kondisi tanah yang bercampur debu. Serta di sisi kolong jembatan itu yang berbatasan dengan jalanterdapat tumpukan limbah rumah tangga yang dibiarkan saja menumpuk disana.

Akan tetapi diantara itu semua yang membuat saya lebih perihatin yakni orang yang menempati tempat itu. Mereka seakan tidak mengetahui akan bahayanya tinggal di tempat dengan kondisi seperti itu. Ada kiranya seorang wanita paruhbaya yang menempati sebuah gubuk kecil tak beratap dan hanya ditutupi oleh sedikit tembok yang terbuat dari kardus dan triplek, sehingga dapat saya lihat di dalamnya terdapat peralatan rumah tangga yang sederhana dan sebuah kasur kecil yang melengkapinya.


Selain itu juga terdapat segerombol orang yang berkumpul sedang bermain gaple. Dan juga ada beberapa orang yang hanya duduk-duduk di sana, entah apa yang sedang mereka tunggu. 




Tulisan ini saya buat ketika saya berusia lima belas tahun
Jika ada kesalahan dalam tata bahasa mohon dimaafkan
Mohon kritik dan saran anda

Contoh Surat Lamaran Catar AIM Kemenkumham

Hal      : Lamaran Calon Taruna AIM                                            Jakarta, 20 Mei 2015
Lamp : 1 (satu) berkas                                          
                                                                            Yth.
                                                                            Bapak Menteri Hukum dan HAM RI
                                                                            di
                                                                                Jakarta

Dengan hormat,

Saya, yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama                                               : Hidar Fathur Rizky
Tempat, Tanggal lahir                     : Jakarta, 01 Januari 2015
Jenis Kelamin                                  : Laki-laki
Pendidikan Terakhir                        : SMA
Alamat                                             : Jalan Kebon Nanas Selatan III RT 011/05 No 42
                                                        : Cipinang Cempedak Jatinegara Jakarta Timur
No. Hp                                             : 089636608914

Dengan ini mengajukan permohonan kepada Bapak Menteri  Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, untuk dapat menerima saya sebagai Calon Taruna AIM di wilayah hukum Republik Indonesia.

Sebagai bahan pertimbangan bagi Bapak Menteri Hukum dan HAM, bersama ini saya lampirkan beberapa persyaratan sebagai berikut :
1.  Foto copy STTB dan transkrip nilai terakhir yang telah dilegalisir
2.  Foto copy Nilai Rapor Semester akhir yang telah dilegalisir
3.  Foto copy Surat Keterangan Catatan Kepolisian yang telah dilegalisir
4.  Foto copy akte kelahiran
5.  Surat keterangan berbadan sehat, tidak buta warna dan tidak tuli dari dokter        
     RS. Pemerintah.
6.  Surat keterangan belum pernah menikah dari Lurah
7.  Surat pernyataan Calon Taruna AIM
8.  Pas photo berukuran 3 x 4 sebanyak 2 lembar
9.  Tanda bukti registrasi pendaftaran

Demikianlah surat lamaran ini saya sampaikan, atas perhatian dan pertimbangan Bapak saya ucapkan terima kasih.


                                                Jakarta, 20 Mei 2015
                                               Hormat Saya,
                                             Pelamar





                                               Hidar Fathur Rizky